Dokumen Keperawatan

Saturday 26 April 2014

ANAK – ANAK ISTIMEWA
Dengan “retardasi mental” atau “keterbelakangan mental”

ANAK – ANAK ISTIMEWA

ANAK – ANAK ISTIMEWA - Jika kita mendengar kata “retardasi mental” atau “keterbelakangan mental” pasti yang muncul pertama kali dalam pikiran kita adalah kekurangan, kecacatan, terkucilkan, dilecehkan, diremehkan, dll. Ini adalah pikiran jauh sebelum kita mengerti sebenarnya tentang “retardasi mental” yang sesungguhnya. Ini adalah pengalaman saya tentang anak-anak istimewa dengan “retardasi mental” atau “keterbelakangan mental” yang dimilikinya.
Terlebih dahulu, saya akan berbagi informasi tentang apa itu “retardasi mental” atau “keterbelakangan mental”.


DEFINISI

Retardasi mental atau keterbelakangan mental adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki kapasitas intelegensi yang rendah sehingga membuatnya sulit menyesuaikan diri dan sulit memenuhi tuntutan dari masyarakat (Semiun, 2006). Apabila seseorang memiliki fungsi intelektual jatuh ke tingkat retardasi mental setelah berusia 18 tahun, maka orang tersebut tidak dapat di katakan mengalami retardasi mental melainkan dementia.
DSM-III R mengemukakan tiga kriteria individu yang mengalami retardasi mental:

  1. Individu harus memiliki “fungsi intelektual umum yang berada di bawah rata-rata secara signifikan”.  Secara teknik, fungsi intelektual dari individu tersebut berada pada IQ 70 atau lebih rendah.
  2. Individu harus mengalami kekurangan atau kerusakan dalam tingkah laku adaptif yang disebabkan karena intelegensinya yang rendah.
  3. Gangguan terjadi sebelum usia 18 tahun.
PENYEBAB

Retardasi mental atau keterbelakangan dapat disebabkan oleh kelainan genetik dan kromosom. Abnormalitas genetik dan kromosom ini yang paling umum menyebabkan adanya retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai dengan adanya kelebihan kromosom pada pasangan kromosom ke 21 sehingga membuat jumlah kromosom menjadi 47, bukan 46 seperti individu normal. Selain itu, retardasi mental yang diwariskan adalah sindrom fragile X. Hal ini disebabkan oleh adanya mutasi gen pada kromosom X. Penyebab lain dari retardasi mental adalah faktor prenatal seperti : ibu hamil yang mengkonsumsi minum-minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang. Faktor postnatal juga dapat menjadi penyebab adanya retardasi mental, misalnya; saat bayi pernah mengalami benturan yang keras pada kepala.

TINGKATAN RETARDASI MENTAL

Retardasi mental dibagi menjadi 4 tingkatan :
1.      Retardasi mental ringan (IQ berkisar 50-70)
Saat usia prasekolah susah dibedakan dengan anak-anak normal. Pada tingkatan ini perbedaan terlihat pada usia dewasa, yaitu pada fungsi sosial dimana mereka kurang dapat beradaptasi. Akan tetapi, mereka tetap dapat diajari keterampilan atau pengetahuan dasar.

2.      Retardasi mental sedang (IQ berkisar 35-49)
Anak mampu untuk dilatih melakukan keterampilan kerja dan hanya dapat menguasai beberapa kemampuan akademik. Akan tetapi, biasanya mereka memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis sehingga dapat menghambat keterampilan motorik halus dan kasar. Oleh karena itu, mereka memiliki kesulitan di dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

3.      Retardasi mental berat (IQ berkisar 20-34)
Sejak kecil sudah terlihat abnormalitas fisiknya dan keterbatasan dalam pengendalian dalam sensori dan motorik. Mereka tidak mampu dalam memproses informasi dan membutuhkan bantuan oranglain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

4.      Retardasi mental parah (IQ berkisar dibawah 20)
Pada tingkatan ini, anak tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan hanya bergantung pada pengasuh. Tingkat kematian pada masa kanak-kanak pada penderita retardasi mental parah ini sangat tinggi.


Kita telah mengetahui gambaran tentang “retardasi mental” atau “keterbelakangan mental”. Saya sekarang akan menceritakan pengalaman saya ketika berinteraksi dengan mereka.

Pertama kali, ketika saya mendapat tugas praktek untuk menginjakkan kaki pada salah satu sekolah SLBN (Sekolah Luar Biasa Negeri) yang berada di Daerah Sumedang, Jawa Barat, ini membuat saya takut, cemas, dan bingung harus bagaimana menghadapi anak-anak dengan “retardasi mental” atau “keterbelakangan mental” yang mereka miliki. Saya akan menggunakan kata “anak-anak istimewa”, ini karena mereka istimewa, berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Tidak seperti yang saya bayangkan, pertama kali ketika saya belum berinteraksi dengan mereka, mereka dengan ramahnya menyambut kedatangan saya dengan senyum, bersalaman, dan menanyakan nama (selayaknya anak normal yang sedang berkenalan). Keterbatasan yang mereka miliki ini membuat mereka terlihat sempurna dimata saya . Mereka membutuhkan dukungan dan perhatian yang lebih untuk membuat mereka merasa nyaman, dan berarti dalam kehidupannya. Dukungan yang paling penting adalah dukungan yang berasal dari keluarga, terutama orang tua dengan bentuk penerimaan apa adanya kepada “anak-anak istimewa” ini.

Peran orang tua sangatlah penting.

Ketika mereka kebetulan bertemu dengan anak-anak normal (anak SDN) di lapangan saat pelajaraan olahraga, mereka “anak-anak istimewa” mampu menerima anak-anak normal dengan ramah, dan penuh senyuman, kadang-kadang mereka “anak-anak istimewa” membuat lelucon atau tingkah laku lucu yang membuat anak-anak normal tertawa melihat tingkahnya.

Mereka mampu berbaur dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, entah itu denagn orang normal ataupun dengan rekan sekolahnya. Karna pasti dengan kesabaran guru-guru pengajar di sekolah, berhasil mengubah mereka, keluar dari kehidupan gelapnya.
Saya disitu termenung dan hati saya menangis melihatnya. Dengan keterbatasan, mereka mampu CERIA DALAM DUNIANYA SENDIRI, dunia yang tidak pernah di rasakan oleh anak-anak normal lainnya, bahkan oleh kita dengan kesempurnaan yang tuhan berikan kepada kita.

ANAK – ANAK ISTIMEWA (penyuluhan slb)
Mereka mampu mengikuti pelajaran cara Berhias diri "menyisir rambut".
SLB Negeri Cimalaka-Sumedang
(PBK-ANAK-B3-2B-Akper Sumedang)


ANAK – ANAK ISTIMEWA (penyuluhan slb)

Dengan Percaya Dirinya mereka berjoged mengikuti musik.
SLB Negeri Cimalaka-Sumedang
(PBK-ANAK-B3-2B-Akper Sumedang)

Menurut penelitian yang pernah saya baca, dikatakan bahwa di dalam sistem keluarga, anak dengan “retardasi mental” atau “keterbelakangan mental” dianggap sebagai sebuah stressor, satu sisi terhalang dengan keuangan dan sumber-sumber emosional yang dimiliki keluarga (Crnic et al dalam Zigler,1991). Akan tetapi, yang tidak mereka ketahui bahwa “anak-anak istimewa” ini memiliki perannya sendiri dalam kehidupan. Mereka memahami rasa dicintai, mereka menunjukkan bahwa mereka mengerti, tetapi, mereka akan membalas dengan cara yang unik dari diri mereka sendiri.

Coba kita mulai melihat “keistimewaan” yang mereka miliki dengan tidak menggunakan kata “kekurangan, kecacatan, terkucilkan, dilecehkan, diremehkan, dll”.  Mulailah dengan menggunakan kata yang lebih positif seperti “unik atau khusus atau bahkan anak-anak istimewa”, sehingga kita akan lebih nyaman dalam mengenal kehidupan mereka. Mereka bukan sekedar anak-anak yang bersekolah di sekolah luar biasa, bukan sekedar anak yang berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Karna dengan keterbatasan, banyak dari mereka mampu berprestasi dan memperolah penghargaan.

ANAK – ANAK ISTIMEWAANAK – ANAK ISTIMEWA
Beni  peringkat keempat tenis meja pada POPCANAS 2010 (fhoto pertama) dan Noni Juara pidato bahasa Inggris serta bertemu mantan Presiden Amerika, Bill Clinton (fhoto kedua).

Jangan pernah meremehkan mereka, karna sesungguhnya Tuhan pun tidak pernah menyekat-nyekat umatnya, antara umat dengan keterbatasan dan umat dengan kesempurnaan. BagiNya semua sama, yaitu mahluk yang sempurna.

Dan untuk saya, mereka adalah adik-adik saya yang juga mau menerima saya dengan apa adanya. Dan itu yang akan selalu menjadi “KEISTIMEWAAN” mereka dimata saya.

0 comments :

Post a Comment